Wednesday 23 March 2016

Ellegation Shop

ELEGATION

TUGAS PENGANTAR WEB SCIENCE 1
2IA03
KELOMPOK 5 :
  - ALI AKBAR
  - BERTIMIRA L
  - BUDI LAKSANA
  - KIKI FIRDAUS
  - M ADITYA
  - M NAJMI P
  - M THAMRINALDI
  - ULIL AMRI
  - RUZANNAH 


 Sebelumnya kelompok kami akan membuat e-commerce yang berbasis offline 
menggunakan aplikasi cms. Apa itu cms?? 

Cms (Content Managament System) merupakan sebuah software yang dipergunakan 
untuk membangun sebuah website, mulai dari design, pengolahan data dan juga 
pengintegrasian dengan hostingJenis-jenis cms ada banyak, salah satunya 
yang kami gunakan adalah cms opencart.

Mengapa menggunakan Opencart?

Opencart merupakan cms yang menawarkan fitur untuk membuat toko online. Adapun kekurangan dan kelebihan dari opencart sebagai berikut : 
Kelebihan:
- bersifat open source alias GRATIS
- dokumentasinya lengkap
- kategorinya tidak terbatas
- jenis produk tidak terbatas
- terdapat pilihan banyak template
- multi bahasa
- multi mata uang
- dll

Kekurangan:
- template atau modul belum bisa dilakukan secara otomatis
- penggunaan baru masih sukar akan pemasangan : chatbox, script iklan 
  (bukan salah opencart, kasus ini kembali
  pada kurangnya kepahaman akan PHP,dsb)

Produk apa saja yang dijual?
Kelompok kami sepakat menjual produk yang
bertemakan fashion yang bernama “ELEGATION ”. 
Elegation merupakan singkatan dari Elegant Fashion. Sudah jelas sekali bukan? dilihat dari 
singkatan tersebut, kami menjual produk fashion yang elegan dan up to date.
Dimulai dari sepatu, baju, kemeja, sampai blouse maupun dress.

Rancangan struktur menunya bagaimana?



Friday 18 March 2016

Surat Perintah Sebelas Maret 1966

Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.

Menurut versi resmi, awalnya keluarnya supersemar terjadi ketika pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden' Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak "pasukan liar" atau "pasukan tak dikenal" yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio.
Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Salehberangkat ke Bogor dengan helikopter yang sudah disiapkan. Sementara Sidang akhirnya ditutup oleh Wakil Perdana Menteri II Dr.J. Leimena yang kemudian menyusul ke Bogor.
Situasi ini dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden menggantikan Soekarno) yang pada saat itu selaku Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jendral Ahmad Yani yang gugur akibat peristiwa G-30-S/PKI itu. Mayor Jendral (Mayjend) Soeharto saat itu tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit. (Sebagian kalangan menilai ketidakhadiran Soeharto dalam sidang kabinet dianggap sebagai sekenario Soeharto untuk menunggu situasi. Sebab dianggap sebagai sebuah kejanggalan).
Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.
Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
Supersemar2
Surat Supersemar tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan penuturan Sudharmono, di mana saat itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam. Sutjipto meminta agar konsep tentang pembubaran PKI disiapkan dan harus selesai malam itu juga. Permintaan itu atas perintah Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend Soeharto. Bahkan Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono mengenai dasar hukum teks tersebut sampai Supersemar itu tiba.